Di era digital saat ini, membuat konten viral merupakan impian banyak brand untuk mendapatkan eksposur maksimal. Namun, langkah-langkah dalam membuat konten tidak selalu berjalan mulus. Seringkali, para pembuat konten terjebak dalam “kesalahan fatal” yang tidak hanya merugikan pencapaian target penonton tetapi juga dapat berdampak buruk pada citra brand. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai kesalahan yang bisa terjadi ketika mencoba bikin viral dengan tidak Etis.
Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah penggunaan isu sensitif. Dalam upaya untuk menarik perhatian, beberapa brand memilih mengangkat tema kontroversial atau sensitif yang bisa menyakiti berbagai pihak. Misalnya, menciptakan konten yang berhubungan dengan isu sosial, ras, atau gender tanpa memperhatikan nuansa dan dampaknya. Konten tersebut kadang bisa viral dengan cepat, tetapi tidak jarang meningkatkan kemarahan publik dan memicu boikot terhadap brand.
Ketika membuat konten, penting juga untuk memastikan agar tidak menyalin atau menjiplak karya orang lain. Kesalahan ini sering kali terulang di kalangan pembuat konten yang ingin cepat-cepat bikin viral tanpa mempertimbangkan aspek orisinalitas. Menyalin konten bukan hanya melanggar hak cipta tetapi juga menunjukkan kurangnya kreativitas. Jika publik menemukan bahwa sebuah brand hanya mengandalkan ide orang lain, citra mereka akan diminimalisir sebagai brand yang tidak inovatif dan kurang autentik.
Selain itu, seringkali brand terlibat dalam “clickbait” — menciptakan judul atau thumbnail yang menyesatkan untuk menarik klik. Sementara bait yang menggoda dapat meningkatkan angka klik, ketidakcocokan antara janji dan isi konten dapat membuat audiens merasa tertipu. Reaksi negatif ini bisa menyebar lebih cepat dibandingkan dengan konten itu sendiri, merusak kepercayaan publik terhadap brand.
Salah satu aspek lain yang sering diabaikan adalah proses pengujian. Terkadang, brand terburu-buru dalam membuat konten viral dan melewatkan langkah penting dalam pengujian audiens. Konten yang divalidasi oleh audiens target jauh lebih likely untuk diterima. Namun, banyak yang menganggap remeh tahap ini dan langsung meluncurkan konten yang belum melalui proses evaluasi. Hal ini dapat mengakibatkan backlash yang tidak terduga dan membuat brand terlihat tidak peka terhadap audiens mereka.
Kesalahan fatal lainnya adalah tidak memperhatikan konteks budaya. Setiap segmen pasar memiliki nilai dan norma yang berbeda. Konten yang mungkin relevan dan lucu di satu budaya bisa sangat tidak pantas dan dianggap menyerang di budaya lainnya. Brand yang tidak menghormati perbedaan ini sering kali menghadapi kritik tajam dan kehilangan pangsa pasar. Kegagalan dalam memahami audiens yang beragam juga bisa membuat pendekatan pemasaran terasa datar dan tidak terhubung dengan konsumen.
Terakhir, kesalahan dalam etika pemasaran sering kali mencakup manipulasi atau penipuan. Menggunakan teknik yang menipu untuk menarik perhatian, seperti mengklaim sesuatu yang tidak benar atau menggunakan fake testimonials, dapat membuat audiens merasa ditipu. Begitu ketidakpercayaan terbangun, sangat sulit bagi brand untuk memulihkan citra mereka.
Seiring dengan potensi viralitas konten, para pembuat konten harus ingat bahwa kualitas, etika, dan kejujuran adalah kunci. Membuat konten yang dapat memenuhi harapan tanpa melanggar nilai-nilai etika akan membantu mempertahankan reputasi dan citra positif brand. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kesalahan kecil dapat memiliki dampak yang besar, jadi penting untuk melangkah dengan hati-hati dan mempertimbangkan semua faktor ini saat merencanakan untuk bikin viral.
Fungsi Perkumpulan Untuk Membangun Karakter Bangsa
16 Jun 2024 | 249
Perkumpulan merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Selain menjadi wadah untuk berbagai kegiatan, perkumpulan juga memiliki fungsi yang sangat vital dalam membangun ...
Manfaat dan Tantangan Kuliah di Kelas Karyawan Ma'soem University
18 Agu 2024 | 288
Kuliah di kelas karyawan Ma'soem University menawarkan berbagai keuntungan untuk para profesional yang ingin melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Namun, seperti halnya setiap ...
Narsis Dan Galau Di Medsos Apakah Gaya Hidup Atau Gangguan Kejiwaan?
2 Jan 2020 | 1921
Narsis Dan Galau Di Medsos Apakah Gaya Hidup Atau Gangguan Kejiwaan? - Narsisme merupakan gangguan psikologis. Dimana keadaan ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang ...
Cara Mengatasi Gaya Hidup Konsumtif: Bijak dalam Mengelola Keuangan
18 Feb 2025 | 77
Di era digital seperti sekarang, gaya hidup konsumtif semakin sulit dihindari. Iklan terus membombardir kita, diskon menggoda di setiap sudut, dan media sosial sering kali membuat kita ...
Jenis-jenis Tes TOEFL yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia
14 Maret 2025 | 38
TOEFL (Test of English as a Foreign Language) adalah salah satu tes bahasa Inggris yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Test ini dirancang untuk mengukur ...
Menganalisis Perubahan Opini Publik dalam Krisis
28 Feb 2025 | 41
Krisis sering kali menjadi momen penting untuk menganalisis perubahan opini publik. Di era informasi yang begitu cepat, kemampuan untuk mengukur perubahan ini sangatlah vital. Ketika suatu ...